Sabtu, 4 Mei 2025, Gedung Olahraga (GOR) Putra Pondok Pesantren Darul Muttaqien menjadi saksi momen bersejarah bagi 106 santri putra angkatan ke-31 TMI yang secara resmi dikukuhkan sebagai alumni. Acara Haflah Takhorruj ini bukan sekadar wisuda, tapi simbol kelulusan kader umat yang telah ditempa dalam proses pendidikan selama enam atau empat tahun.
Acara dibuka dengan penampilan vidoe ciptaan santri yang membekas dalam hati para hadirin. Dalam sambutannya, Pimpinan Pesantren KH. Mad Rodja Sukarta menyampaikan kesan mendalam, “Ini bukti bahwa pesantren bukan lembaga kuno, tapi lembaga pendidikan berbasis akidah Islamiyah yang tetap relevan dengan zaman. Pesantren mendidik agar anak-anak kita bisa hidup sesuai zamannya.”
Beliau juga menyampaikan kilas balik perjalanan pesantren yang kini telah berusia 37 tahun. “Dulu pesantren ini hanya berdiri di atas tanah seluas 1,8 hektar, sekarang berkembang menjadi 287 hektar. Inilah sesungguhnya pendidikan umat yang harus kita tumbuhkembangkan,” tegas beliau.
Kepada para calon alumni, KH. Mad Rodja Sukarta memberikan pesan yang kuat dan menyentuh. “Tamat jangan planga-plongo seperti rusa masuk kampung. Lulus pesantren malah minta duit ke orang tua, masih minta uang kuliah ke orang tua. Mintalah kepada orang tuamu satu hal saja: doakan kami supaya kami mandiri,” ujarnya penuh semangat.
Dalam sambutannya, beliau juga menekankan nilai persatuan umat dan tanggung jawab sosial santri. “Darul Muttaqien berdiri di atas dan untuk semua golongan. Semua muslim adalah saudara kita. Musuh kita adalah kebodohan. Jangan mimpi dibantu negara, tapi bantulah negara! Bantulah pemerintah agar negeri ini menjadi negeri yang beradab dan bisa memberi contoh kepada negeri lain,” serunya.
Beliau juga mengingatkan pentingnya sikap tidak menyalahkan. “Jika kalian jadi aktivis di masyarakat, katakan: ‘aku yang salah’. Ajak berjabat tangan. Jangan isi negeri ini dengan orang-orang yang bermental serigala, Firaun, Abu Jahal, atau Abu Lahab,” lanjutnya.
Santri angkatan 31 ini memulai proses pendidikan dengan jumlah lebih dari 200 santri. Namun, hanya 106 yang mampu bertahan dan menyelesaikan program hingga akhir. Sebuah pencapaian yang tak mudah, penuh proses, dan penuh ujian.
Menutup sambutannya, KH. Mad Rodja Sukarta berpesan, “Jika kalian kelak sukses, jangan sombong. Jika belum berhasil, jangan putus asa. Karena berputus asa adalah watak orang yang tidak beragama.”
Haflah Takhorruj ini menjadi momentum penting bagi para santri, bukan hanya sebagai akhir dari masa belajar, tapi awal dari perjuangan baru. Dari pesantren, mereka siap terjun ke masyarakat, membawa ilmu, adab, dan semangat untuk berkontribusi bagi negeri dan umat.
Tinggalkan Komentar