Memperkuat Manajemen Kelembagaan dan Nilai Kepesantrenan Melalui Pendekatan Ilahiah, Insaniah, Ilmiah dan Alamiah
Waktu terus bergulir dengan cepat, tanpa terasa Pesantren Darul Muttaqien telah memasuki usia yang tak muda lagi. Pesanten Darul Muttaqien kini telah berusia genap 33 tahun (1988-2021). Banyak dinamika mewarnai perjalanan lembaga ini. Meski perjalanan panjang ini tidak bisa dilepaskan dari ujian, namun tentu saja nikmat dan anugerah Allah jauh lebih besar, inilah yang selalu mendorong rasa syukur dan optimis pesantren ini.
Dari awal luas area wakaf 1,8 hektar, seiring perjalanan waktu, kini area wakaf pesantren Darul Muttaqien telah menjadi 107,7 hektar, bahkan sedang berusaha memperluas kembali hingga 117 hektar. Area pesantren Darul Muttaqien tersebar di empat wilayah, diantaranya Bogor, Sukabumi, Cikeusik dan Dumai. Darul Muttaqien selalu berusaha menambah area wakaf demi terselenggaranya pendidikan Islam dan kejayaan peradaban Islam di masa depan.
Pesantren Darul Muttaqien didirikan oleh para tokoh pejuang diantaranya adalah, almarhum KH Sholeh Iskandar, almarhum KH Abdul Manaf Mukhayyar, almarhum Mohammad Nahar dan KH Mahrus Amin. Pimpinan Darul Muttaqien, KH Mad Rodja Sukarta, memiliki prinsip dan spirit untuk tidak berhenti membeli tanah untuk diwakafkan bagi perluasan lingkungan pendidikan yang nyaman, bersih, luas dan produktif. Darul Muttaqien berangkat dari titik awal yang berlokasi di Jabon Mekar Parung Bogor kemudian berkembang hingga wilayah Cikeusik Pandegelang Banten, Pelabuhan Ratu dan Kota Dumai Kepulauan Riau.
Beberapa kader telah diamanahi untuk mengelola lembaga pendidikan Islam di Cikeusik Banten dan Dumai Riau. Darul Muttaqien telah bertekad kuat untuk selau menyiapkan kader-kader Islam yang akan disebarkan ke seluruh penjuru nusantara, bahkan di seluruh dunia untuk ikut berkontribusi memperjuangkan Islam melalui berbagai bidang, salah satunya adalah pendidikan Islam.
Menjadi kader Islam yang telah ditempa oleh Darul Muttaqien harus selalu berpegang teguh kepada prinsip iman, Islam dan ihsan. Kader-kader Islam juga harus selalu memiliki spirit untuk memberi, bukan meminta atau mengemis. Karena itu kader Islam harus senantiasa menjaga pancajiwa pondok, dimanapun diamanahi untuk mengabdi kepada masyarakat.
Di usia yang ke 4 windu tahun lalu, Darul Muttaqien mengangkat tema memperkuat manajemen kelembagaan dan nilai kepesantrenan melalui pendekatan ilahiah, insaniah, ilmiah dan alamiah. Prinsip dari tema ini adalah upaya Darul Muttaqien untuk meningkatkan kualitas manajemen kelembagaan dan juga memberkuat nilai-nilai kepesantrenan. Darul Muttaqien sadar bahwa antara manajemen dengan nilai harus berjalan seiring, tidak boleh hanya salah satunya. Darul Muttaqien menyadari bahwa perjuangan Rasulullah juga tidak bisa dilepaskan dari kedua aspek ini. Manajemen adalah ikhtiar rasional, sementara nilai keyakinan adalah ikhtiar suprarasional.
Ada empat pendekatan yang diperkuat di Darul Muttaqien untuk mewujudkan tema diatas, yakni pendekatan ilahiah, insaniah, ilmiah dan alamiah. Dalam perspektif nilai-nilai ilahiah, maka di dunia ini tidak ada peristiwa yang kebetulan, semua diketahui oleh Allah. Semua peristiwa di dunia ini pasti karena atas kehendak Allah, sementara manusia diberikan pilihan-pilihan atas perbuatan, namun tidak diberikan pilihan untuk menentukan hasil di masa datang. Karena itu dalam perspektif ilahiah, semua aktivitas mesti kita lakukan untuk meraih ridho Allah dengan cara selalu meluruskan dan memelihara niat. Jika lillah, maka semua aktivitas akan menjadi ibadah dan tidak lelah. Jika lillah, maka cita-cita memperjuangkan kejayaan Islam akan diberikan kepada kita. Dimensi ilahiah terkait erat dengan penguatan nilai aqidah, ibadah dan akhlak dalam setiap aktivitas pendidikan di Pesantren. Prinsip ilahiah memiliki makna keimanan yakni menuhankan Tuhan.
Sejarah berdirinya pesantren Darul Muttaqien pada 18 Juli 2088 juga atas dasar nilai-nilai ilahiah ini, yakni diawali oleh keterpanggilan untuk meningkatkan kualitas umat dengan bekal iman, ilmu dan akhlak. Kini Darul Muttaqien memasuki usia ke 33, tepat pada tanggal 18 Juli 2021 ini. Niat yang lurus karena Allah akan menjadi energi besar bagi kemajuan dan kejayaan lembaga dan agama. Belajar dari perang Uhud : mengalami kekalahan dikarenakan berubahnya niat (disorientasi), tidak lagi lillah : berubah menjadi pragmatis. Ikhtiar maksimal dan hasil kita serahkan kepada Allah. Prinsip dasar dimensi ilahiah adalah kesadaran untuk menuhankan Tuhan. Pimpinan pesantren sering memberikan pesan moral kepada para guru agar meningkatkan kualitas iman dan istiqomah di jalan keimanan itu.
Pendekatan insaniah memiliki makna bahwa esensi pendidikan adalah memanusiakan manusia. Lembaga pendidikan dan para guru harus memahami betul hakikat manusia yang memiliki perasaan dan akal. Manusia berbeda dengan tumbuhan dan binatang, bahkan malaikat. Manusia adalah makhluk Allah paling sempurna dengan anugerah akal yang diberikan kepadanya. Kesempurnaan manusia diukur dengan potensi multidimensi yang dianugerahkan Allah kepadanya. Disinilah posisi strategis pendidikan Islam untuk melahirkan anak didik menjadi generasi muslim yang berfungsi sebagai hamba Allah sekaligus khalifah di muka bumi. Dua dimensi inilah yang akan melahirkan peradaban mulia, sebagaimana telah dicapai pada masa keemasan peradaban Islam.
Oleh karena itu pendidikan memanusiakan manusia adalah menjadikan para santri di pesantren menjadi manusia seutuhnya yakni menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, berakhlak, beribadah dan berilmu sehingga akan mempu menjadi khalifatul fil ardhi dalam rangka meraih ridho Allah. Guru harus mampu mengenali setiap potensi santri dan mengoptimalkan menjadi kekuatan untuk mewujudkan izzul islam wal muslimin. Prinsip insaniah adalah memanusiakan manusia.
Pendekatan ilmiah makanya adalah bahwa segala usaha harus dilakukan dengan cara yang benar berdasarkan keahlian. Sebab jika suatu usuran tidak diserahkan kepada ahlinya, maka tinggal tunggu saat kehancurannya. Allah pun tidak akan mengubah nasib suatu kaum, jika manusia itu tidak berusaha mengubah dirinya sendiri. Ada hukum kausalitas dalam setiap usaha perbuatan di pesantren ini dengan tetap ridho atas taqdir dan qodho dari Allah.
Dimensi ilmiah terkait erat dengan budaya literasi, yakni spirit untuk menuntut ilmu, mengamalkan dan mengajarkan kembali kepada orang lain. Allah menegaskan bahwa akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu. Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS Al Mujadilah : 11)
Sedangkan pendekatan alamiah dimaknai bahwa untuk mendapatkan kesuksesan, maka mentalitas untuk turus beramal dan praktek adalah sebuah keharusan. Pengalaman itu penting, tapi bukan segalanya. Sebab untuk mencoba segala sesuatu tidak harus punya pengalaman, namun harus punya ilmu dan mentalitas. Meminjam filosofi kinerja orang inggris, memperbaiki kapal sambil berlayar. Meski filosofi kinerja orang jepang juga tidak kalah penting, yakni selalu merencakan segala sesuatu secara matang sebelum melaksanakan. Fakir qobla an ta’zima sebagaimana filosofi Arab. Prinsip alamiah juga bermakna mengalamkan alam dalam arti mendudukkan alam atau lingkungan sebagai anugerah Allah dan menjadikan sebagai laboratorium kehidupan, baik mikro di pesantren maupun makro di masyarakat.
Esensi pendekatan alamiah adalah nilai mengalamkan alam, maknanya adalah menjadikan lingkungan alam sebagai sumber pembelajaran, sekaligus dalam rangka menjaga dan merawatnya. Sebab Allah tidak menyukai orang-orang yang merusak alam setelah Allah memperbaikinya. Perhatikan firmanNya : Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS Al A’raf : 56).
Secara lebih rinsi, memperkuat manajemen kelembagaan memiliki arti memperkuat sistem aturan yang kuat, visi yang jelas, program terukur dan SDM berkualitas, sementara memperkuat nilai-nilai kepesantrenan maknanya adalah memperkuat dan mengimplementasikan pancajiwa pondok dan sunah pondok yang bersumber dari Al Qur’an dan As Sunnah. Baik kelembagaan maupun nilai, penguatan keduanya bertujuan untuk menyiapkan pesantren yang kuat dan mandiri serta menyiapkan anak didik yang memiliki aqidah kuat, akhlak karimah, ahli ibadah, berilmu dan memiliki keterampilan hidup yang profesional.
Tema yang diangkat tahun ini kemudian dirumuskan dalam kelembagaan raker internal pesantren. Raker adalah bagian dari upaya perencanaan secara lebih matang dan sistematis terhadap kinerja selama setahun ke depan, yakni tahun pendidikan 2021 -2022. Apa yang akan lakukan tahun depan hendaknya telah kita rencanakan secara sadar dan sistematis, apa programnya, siapa yang melaksanakan, bagaimana melaksanakannya, bagaimana controlling dilakukan dan bagaimana pula evaluasi serta laporan kinerja dijalankan untuk perbaikan lembaga di masa mendatang. Semua upaya ini hendaknya tetap pada niat yang lurus semata-mata untuk memajukan Islam demi meraih ridho Allah SWT. Lain itu tidak.
Patut kita syukuri, karena tahun ini lembaga ini telah memiliki sistem aturan yang tertulis dengan jelas berupa Pedoman Pengabdian dan Perjuangan sebagai acuan semua komponen kinerja pesantren agar lebih terukur dan dapat dipertanggungjawabkan. Niat kita adalah perjuangan karena Allah, bukan semata-mata bekerja mencari materi. Sebab pesantren ini adalah wakaf dan titipan dari Allah sebagai lahan perjuangan Islam. Perjalanan perjuangan bagai menapaki terjalnya bebatuan di lereng gunung. Perjuangan akan diwarnai oleh halangan dan rintangan.
Penghancur diri dan lembaga adalah kesalahan niat pada manusia yang mengemban amanah. Sebab mengemban amanah bukanlah pekerjaan yang ringan, mengemban amanah adalah tugas yang berat dan penuh tantangan. Hal ini sejalan dengan pahala yang akan diberikan Allah kepada hambaNya yang amanah. Kita harus meneladani sifat Rasulullah yang sidiq, amanah, tabligh dan fathonah. Sertakan akidah dalam semua aktivitas di pesantren ini, sebab itulah ruh pesantren. Jangan sampai Darul Muttaqien terjebak arus sekulerisme yang sedang menggerogoti di semua aspek kehidupan, terutama pendidikan.
Para guru harus memiliki visi jauh ke depan agar Darul Muttaqien terus tegak dan makin maju serta memberikan manfaat bagi umat dan bangsa. Jangan sampai usia Darul Muttaqien hanya berusia periode pertama (50), namun harus terus tegak sampai kiamat. Penguatan nilai kepesantrenan diharapkan mampu menjadikan peralihan generasi ini tidak mengalami disorientasi. Generasi berikutnya harus menjadi generasi pengambang lembaga, jangan sampai menjadi generasi penikmat dan apalagi perusak.
Menghadang dampak sekulerisme harus dengan memperkuat nilai-nilai Islam dalam semua aspek pendidikan di Darul Muttaqien. Hakekat sekulerisme adalah upaya menjauhkan dan bahkan menghilangkan nilai-nilai Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Hasilnya negeri ini akan menjadi bangsa yang jauh dari aturan Allah dalam menjalankan semua urusan kehidupan berbangsa. Padahal bumi Indonesia ini miliki Allah, manusia juga ciptaan Allah dan Allah telah memiliki aturan dan undang-undang berupa Al Qur’an. Karena itu landasan pendidikan di Darul Muttaqien adalah al Qur’an dan Al Hadist. Dengan pendidikan Islam di Darul Muttaqien kita siapkan generasi yang bermental terampil, bermental mandiri, mampu mengembangkan kualitas dirinya dan memanfaatkan bakat minatnya untuk kebermanfaatan kemajuan umat.
Sebagai pemangku amanah di Darul Muttaqien, kita tidak boleh berhenti berfikir untuk memajukan kualitas umat ini. Fikirkan bagaimana pesantren ini mandiri dan kokoh tegak berdiri. Jangan pernah bermimpi membesarkan pesantren dengan berharap mendapatkan sumbangan dari manusia. Sebagai pengemban amanah perjuangan jangan mengkayakan hidup kita dengan melimpahnya materi, tapi kayakan diri kita dengan cita-cita keumatan. Kelola Darul Muttaqien dengan penuh amanah dan berjamaah. Tidak gampang mengelola lembaga pendidikan ini, perlu keikhlasan, kesungguhan, kerjasama, kompetensi diri, disiplin, dan mengambil peran kelembagaan dengan kinerja optimal.
Di masa mendatang Darul Muttaqien harus menjadi pelopor lembaga Islam berkemajuan di semua aspeknya. Jika perlu Darul Muttaqien mempelopori berdirinya perguruan tinggi Islam yang berkualitas dengan memperkuat kualitas dan kompetensi diri seluruh SDM pengelolanya. Kesejahteraan pendidik tidak boleh diabaikan, mereka harus dimulaikan secara maksimal. Karena itu sekali lagi, luruskan niat, perkuat sistem, guru jangan dibelenggu. Pentingnya standarisasi baca tulis al Qur’an bagi guru dan santri. Sebanyak 261 guru dan 2000 lebih santri adalah tugas berat. Sinergitas semua komponen untuk memajukan pesantren : tidak ada yang hebat diantara kita. Semua saling membantu dan membesarkan. Jangan saling melemahkan dan mengkerdilkan dalam perjuangan di pesantren.
Ke depan tanah wakah Prof Prawoto Mangkusasmito (alm) akan digunakan untuk relokasi RA, SDIT dan SMPIT. KH Abdul Manaf Mukhayyar, H Mohammad Nahar, KH Sholeh Iskandar (alm) adalah tiga tokoh pendiri Darul Muttaqien. Pesantren Darunnjah, Bank Amanah Umat, Masjid Al Hijri, Rumah sakit Islam, UIKA adalah sebagian karya besar ketiga tokoh pendiri Darul Muttaqien, lantas apa karya kita ?. Kebesaran dan kemajuan Darul Muttaqien adalah semata-mata karunia Allah SWT. Seluruh tanah pesantren telah disertifikat wakafkan sebagai penopang adminstratif bagi perjuangan yang hakiki demi kemajuan Islam dan umat Islam. Kita harus yakin itu, jangan pernah ragu dalam jalan perjuangan ini.
Modal kepemimpinan organisasi adalah keyakinan. Organisasi ibarat kapal atau rumah : adanya pembagian tugas pelayanan secara maksimal. Keimanan kokoh dan manajemen yang kuat. Tidak ada pekerjaan yang tidak terdata dan terselesaikan. Perubahan kebijakan manajemen Darul Muttaqien : revolusi besar. Pengabdian harus di landasi oleh manajemen yang kokoh. Tahun ini pesantren melakukan penyiapan sarana prasarana pelayanan sangat besar (gedung, air, listrik). Penambahan SDM harus disadari adanya konsekuensi dan resiko, sebab guru adalah manusia. Standar kesejahteraan guru minimal standar PNS. Ini perkara besar yang harus dipikirkan dan direalisasikan oleh orang-orang berfikiran besar pula. Orang besar adalah yang membesarkan orang lain, bukan hanya membesarkan dirinya sendiri.
Jika persoalan hidup adalah sebuah penderitaan, lantas mengapa Rasulullah dalam lembaran hidupnya, senantiasa dihiasi dengan berbagai persoalan. Beliau diusir dan dikejar-kejar kaum kafir, dicaci, dianiaya, bahkan akan dibunuh. Sejak kelahirannya, telah ditinggal ayahnya, sampai masa kanak-kanak ibunya wafat. Ketika bersembunyi dari kejaran kaum kafir di dalam gua, nabi yang bermaksud mengabarkan kepada Abu Bakar, bahwa tak perlu takut dan sedih apalagi berputus asa sebab Allah swt ada, bersama mereka. Sehingga rasa aman, tentram, tenang menyelimuti Abu Bakar, ra. Dalam himpitan persoalan Nabi memberikan secercah harapan kepada sahabatnya tentang dekatnya pertolongan Allah.
Harapan. Kata itu cukup indah diucapkan dan divisualisasikan. Mesti ada harapan dalam jiwa, jika ingin tetap punya energi dan ruh untuk hidup. Selama kita masih berada di alam empiris, tiada putusnya kita akan dihampiri persoalan hidup. Jika demikian realitasnya, maka langkah terbaik adalah betapapun gawat, rumit dan berat persoalan yang kita hadapi, hendaknya tetap memiliki harapan. Harapan ini penting, agar kita tetap bisa mengelola kehidupan ini agar lebih baik, sehat dan cerah. Menyimpan sebuah harapan dalam hati adalah sebuah keniscayaan. Allah mendokumentasikan kata harapan (ar roja) sebanyak 41 kali dalam Al Qur’an.
Fragmen indah kehidupan tentang harapan bisa kita tengak tatkala HAMKA menulis tafsir Al-Azhar justru dalam penjara. Ahmad bin Hambal menjadi salah satu imam mazhab justru setelah di penjara. Ibnu Taimiyah melahirkan banyak karyanya juga dari balik jeruji besi. Dua puluh jilid dari kitab yang ditulis oleh As-Sarakhzi justru saat ia dikurung dalam sumur bertahun-tahun. Malik bin Ar-Raib justru melahirkan banyak syair indah ketika menderita penyakit mematikan. Untuk kita renungkan, sudahkan kita juga demikian ?
Perubahan besar ini harus didukung dan diatur dengan profesional. Kebesaran cita-cita berbanding terbalik dengan kemampuan, kita hanya mampu berusaha mendekatkan keduanya untuk merealisasikan cita-cita. Dalam upaya perubahan ini : jangan ada kekagetan. Selama pimpinan pesantren tidak di pesantren, semua tugas kepemimpinan diserahkan kepada seluruh kepala lini secara kolektif . Kepemimpinan pesantren Darul Muttaqien adalah kepemimpinan kolektif, dimana setiap individu bertanggungjawab atas tugas dan amanah yang diberikan secara professional dengan penuh keikhlasan dalam bingkai sistem manajemen yang kuat.
Umat akan memilih lembaga yang berkualitas dalam semua aspeknya. Kesehatan fisik dimulai dari manajemen hati : menghadapi masalah dengan melibatkan Allah. Menjaga hati sangat penting bagi keberlangsungan hidup dan menjalaninya secara baik. Besarnya tanggungjawab kita kepada Allah dan umat dalam menjaga amanah mengelola pesantren. Guru adalah ujung tombak kemajuan lembaga dan umat : siapkan kualitas SDM secara serius. Jangan hinakan Islam melalui perilaku kita yang tidak profesional. Intinya kita harus lebih baik dan berkualitas.
Siapkan kader-kader Islam secara serius dan berkelanjutan. Jadikan anak-anak guru sebagai kader-kader umat di masa mendatang. Anak-anak guru jangan disia-siakan. Siapkan pengganti kita sebagai penerus perjuangan di pesantren ini. Lakukan kaderisasi. Semoga Allah memberikan yang terbaik untuk pengabdian dan perjuangan kita semua.
Meski pada tahun ini kita masih dalam suasana ujian dari Allah berupa pandemi covid 19, namun bukan alasan untuk kita tidak bekerja, tidak bergerak dan tidak maju. Hadirnya pandemi adalah tantangan bagi kita untuk lebih kreatif dan bahkan lebih maju. Tidak ada rumus bagi seorang pejuang untuk berhenti hanya karena ada halangan di depannya. Tantangan adalah cara Allah agar kita semakin berkualitas.
Akhirnya, mari kita terus bersyukur atas milad Darul Muttaqien ke 33 tahun ini dengan terus melakukan ikhtiar spiritual dan rasional demi kemajuan lembaga ini. Selamat dan sukses milad Darul Muttaqien ke 33 (1988-2021), semoga Allah menjadikan kita sebagai golongan orang-orang yang beruntung dan mendapatkan surgaNya kelak di akhirat dan semoga Darul Muttaqien semakin berkah dan memberi manfaat bagi umat dan bangsa, Indonesia dan dunia. Amin.
__________________________________________
Sumber: https://www.ahmadsastra.com/2021/07/milad-33-tahun-pesantren-darul.html
selamat Milad Darul Muttaqien tercinta yang ke 33 tahun, semoga Allah senantiasa memanjangkan umur pesantren dan memberkahi usia para pejuang semuanya
Tinggalkan Komentar