Kekayaan terbesar pesantren atau bangsa ini bukanlah sumber daya alamnya, namun kekayaan terbesar kita adalah sumber daya manusianya, maka kita harus menyiapkan kader-kader berkualitas. Kuasai teknologi sebagai alat untuk efektifitas dan efisiensi (KH. Mad Rodja Sukarta)
Dunia hari ini tengah memasuki era disrupsi. Semua elemen sosial tidak mungkin bisa menghidarinya, termasuk lembaga pendidikan seperti pesantren. Pilihannya hanya dua : apakah siap menghadapinya atau mundur menyerah, kedua pilihan ini memiliki konsekuensinya masing-masing. Karena itu, era disrupsi menghadirkan tantangan dan peluang yang sama-sama signifikan bagi individu, lembaga, dan masyarakat secara umum.
Tantangan yang ada seiring hadirnya disrupsi 4.0 adalah sebagai berikut : Pertama, Perubahan cepat. Perubahan sains dan teknologi yang sangat cepat dapat menyebabkan perubahan budaya dan pola hidup masyarakat. Lembaga pendidikan yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan cepat dapat ketinggalan dan kehilangan peminat. Hal ini memang tidak mudah bagi lembaga pesantren, sebab sangat bergantung kepada kualitas SDM nya.
Kedua, ketidakpastian. Disrupsi teknologi dapat menyebabkan ketidakpastian dalam berbagai masalah kehidupan. Pesantren Darul Muttaqien dalam hal ini harus jeli dan paham sudah sejauh mana teknologi baru berkembang dan mempengaruhi pola kehidupan sosial.
Ketiga, kemerosotan kompetensi. Lembaga pendidikan yang telah sukses selama bertahun-tahun dapat merasa nyaman dengan cara mereka melakukan kinerja. Namun, teknologi baru dapat membuat proses yang lebih efisien atau mengubah model manajemen yang ada, sehingga lembaga pendidikan harus beradaptasi atau risiko melemahnya daya saing.
Sedangkan peluang era disrupsi diantaranya sebagai berikut : Pertama, peluang inovasi. Disrupsi teknologi dapat mendorong inovasi dalam manajemen pengelolaan lembaga pendidikan di semua aspeknya agar lebih efisien. Kedua, peningkatan efisiensi. Teknologi baru dapat membantu pesantren meningkatkan efisiensi dan produktivitas mereka, mengurangi biaya operasional kelembagaan.
Keempat, peningkatan kualitas hidup. Disrupsi teknologi dapat memungkinkan kemajuan besar dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan, kesehatan, bisnis, dan kehumasan. Hal ini bisa memperbaiki kualitas hidup dan meningkatkan kesejahteraan sosial.
Tantangan yang dihadapi adalah pesatnya perkembangan teknologi yang menyebabkan perubahan dalam cara berpikir, bekerja, dan belajar. Pesantren harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan ini dan tetap relevan dalam mengajarkan nilai-nilai agama dan budaya. Selain itu, pesantren juga harus menghadapi persaingan dari lembaga pendidikan lain yang mengadopsi teknologi dalam pembelajaran dan pengembangan keterampilan.
Hari ini, tanggal 18 Juli 2023, Pesantren Darul Muttaqien genap berusia 35 tahun. Sejak berdiri, hingga hari ini, Pesantren Darul Muttaqien terus berbenah di semua aspeknya, semata untuk meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan kepada umat Islam. Pondok Pesantren Darul Muttaqien terletak di wilayah desa Jabon Mekar Kecamatan Parung Kabupaten Bogor Jawa Barat. Resmi berdiri sebagai lembaga pesantren pada tahun 1988 M, tepatnya tanggal 18 Juli 1988.
Sejarah berdirinya Darul Muttaqien terkait erat dengan dengan pemberian tanah wakaf seluas 1,8 ha oleh pemiliknya H. Mohamad Nahar (alm.), seorang mantan wartawan senior Kantor Berita Antara kepada KH. Sholeh Iskandar (alm) ketua BKSPPI (Badan Kerjasama Pondok Pesantren se Indonesia) pada tahun 1987. Dan sampai sekarang luas lahan Pesantren Darul Muttaqien telah mencapai 270 hektar, tersebar di empat wilayah, Bogor, Sukabumi, Cikeusik dan Dumai.
Niat pemberian tanah wakaf sebagaimana pernah disampaikan Alm. H. Mohamad Nahar agar didirikan lembaga pendidikan Islam (pondok pesantren) yang standar, baik dari segi kualitas pendidikannya, pelayanan maupun manajemen pengelolaannya. Niat ini muncul sebagai rasa keprihatinan dan keterpanggilan melihat kenyataan lulusan pesantren belum memiliki kualitas yang standar, masih jauh dari harapan.
Banyak tokoh dan para ulama yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung menjadi founding father lahirnya Darul Muttaqien, diantaranya adalah KH. Sholeh Iskandar (Ketua BKSPPI), H. Mohammad Nahar, KH. Rosyad Nurdin (MUI Jawa Barat), KH. TB. Hasan Basri (BKSPPI Bogor) dan KH. Abdul Manaf Mukhayyar (Pesantren Darunnajah Jakarta), KH Mahrus Amin (Pesantren Darunnajah Jakarta.
Sejak tahun 1980 H. Mohamad Nahar telah melakukan berbagai konsultasi dengan tokoh-tokoh di atas yang pada akhirnya tahun1988 berdirilah Pondok Pesantren Darul Muttaqien dengan KH. Mad Rodja Sukarta diberi amanah untuk menjadi pimpinan dan H. Mohammad Nahar sebagai ketua yayasan pertama. Ketua Yayasan kini diemban oleh M. Lutfi Nahar, setelah H. Mohammad Nahar mengundurkan diri karena usia.
Dari rangkaian sejarah berdirinya, maka awalnya Darul Muttaqien berafiliasi pada Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta. Namun berdasarkan pertimbangan dan kepentingan yang lebih luas, terkait dengan kemandirian dan efektifitas organisasi, maka didirikanlah Yayasan Darul Muttaqien pada tanggal 29 Januari 1992, dengan H. Mohamad Nahar sebagai ketua yayasan.
Terkait dengan pengunduran diri H. Mohamad Nahar, maka berdasarkan rapat anggota yayasan M. Lutfi Nahar, SE resmi menjadi ketua yayasan yang baru menggantikan ketua lama terhitung sejak tanggal 27 Oktober 2002 sampai sekarang. Sejak berdirinya, dari tahun ke tahun Pondok Pesantren Darul Muttaqien telah mengalami kemajuan yang cukup signifikan baik dari segi kualitas maupun kualitas. Hingga saat ini kegiatan pendidikan yang dikembangkan Pesantren Darul Muttaqien meliputi : TK Islam, SD Islam Terpadu, SMPIT, TPQ, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah.
Pesantren Darul Muttaqien sebagaimana telah tertuang dalam AD/ART Yayasan Darul Muttaqien, menjadi care kegiatan penyelenggaraan pelayanan sosial kemasyarakatan dengan bentuk pengelolaan lembaga pendidikan. Sistem pesantren sebagaimana lazim diketahui adalah sistem pendidikan 24 jam. Artinya para siswa (santri) diasramakan sehingga seluruh kegiatan santri selama 24 jam adalah aktifitas terprogram dan terpadu dalam pengawasan dan bimbingan para guru pengasuh, baik aktifitas formal akademik di sekolah maupun aktifitas non akademis di asrama.
Keseluruhan kegiatan diarahkan untuk menunjang visi pendidikan Darul Muttaqien baik melalui kegiatan harian, mingguan, bulanan maupun tahunan Spirit dasar yang dijadikan ruh untuk melaksanakan tugas-tugas kependidikan di pesantren adalah nilai-nilai ajaran Islam secara umum. Adapun secara khusus tertuang dalam formulasi panca jiwa pondok : keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, ukhuah islamiyah dan kebebasan.
Karenanya untuk mencapai tujuan pendidikan yang tertuang dalam visi misi, maka Darul Muttaqien bersikap independen : berdiri di atas dan untuk semua golongan dengan motto bersatu dalam aqidah, toleransi dalam khilafiyah dan berjama’ah dalam ibadah. Dari sistem pengelolaan siswa 24 jam inilah diharapkan Darul Muttaqien mampu menciptakan generasi-generasi unggul baik intelektualitas, ketrampilan, maupun spiritualitasnya.
Dengan kata lain Pesantren Darul Muttaqien berkeinginan mencetak siswa yang bertaqwa, berakhlaq, rajin ibadah, berilmu, berpengetahuan luas, beriman, terampil dan berkhidmat kepada masyarakat. Jika saatnya santri atau alaumni hidup di masyarakat, mereka mampu mendedikasikan diri untuk kebaikan masyarakat dan agamanya dengan bekal ilmu yang telah didapatkan selama belajar.
KH Sholeh Iskandar sebagai salah satu tokoh pendiri Pesantren Darul Muttaqien Bogor adalah orang yang sangat berjasa yang menjadi wasilah berdirinya Darul Muttaqien ini. Darul Muttaqien dalam visinyapun selalu berpijak dari visi misi yang telah diletakkan oleh para pendiri yakni terus berkhidmat kepada umat dan bangsa.
Darul Mutaqien, sejak dirintis oleh KH Sholeh Iskandar telah genap berusia 35 tahun (1988 – 2023). Tiga puluh lima tahun tahun adalah usia yang bisa dikatakan cukup matang untuk sebuah lembaga pendidikan. Berbagai perubahan dan kemajuan telah dicapai oleh Darul Muttaqien, sekalipun harus diakui masih banyak potensi yang belum kita kembangkan. Berbagai ujian dan tantangan, dan ujian silih berganti menyapa dan menghampiri Darul Muttaqien. Namun harus disadari sepenuhnya bahwa ujian dan rintangan adalah paket bagi perjuangan kebaikan. Lihatlah para Nabi dan Rasul yang sepanjang hidupnya tidak pernah sepi dari ujian dan tantangan. Padahal mereka adalah manusia-manusia agung yang dijamin masuk surga.
Apalah lagi kita sebagai hamba biasa. Sebab Allah sendiri telah menyatakan dalam Al Qur’an, bahwa janganlah kita mengatakan telah menjadi orang beriman, jika belum pernah merasakan ujian. Ujian pada hakekatnya adalah sebuah keniscayaan untuk menyaring kita menjadi orang yang lebih berkualitas. Untuk bisa naik kelas, tentu seorang santri harus menempuh ujian terlebih dahulu bukan?. Untuk menjadi emas yang indah, mesti ada proses penempaan dan pembakaran bukan?. Untuk menjadi keramik yang indah dan berharga mahal, bukankah tanah liat itu harus dibakar terlebih dahulu. Begitulah kehidupan.
Darul Muttaqien sebagai lembaga tafaqquh fiddin selalu berharap untuk bisa memberikan konstribusi-konstruktif terhadap peningkatan kualitas umat dengan cara mendidik dan membina santri sebagai generasi muda penerus perjuangan Islam. Harapannya, tentu agar umat Islam menjadi umat terbaik yang mengusung kembali kejayaan Islam yang dulu pernah ada. Para generasi muda muslim inilah yang akan menjadi pelopor untuk mengembalikan peradaban emas yang telah diraih para pendahulu.
Tiga puluh lima tahun Darul Muttaqien telah mengemban amanah untuk mengabdi dan meningkatkan kualitas umat. Tentu banyak kekurangan yang ditemukan, mengingat kita adalah manusia biasa. Namun kita harus tetap bersemangat untuk membangun cita-cita besar bagi kemajuan umat. Masih banyak pekerjaan dan perjuangan yang belum kita realisasikan di lembaga ini.
Melalui raker pesantren, di usia 35 tahun ini, Pesantren melakukan berbagai langkah revitalisasi, diantaranya revitalisasi visi misi, sumber daya manusia dan aspek kepemimpinan. Pesantren Darul Muttaqien menyadari akan besarnya tantangan masa depan santri, terutama dengan datangnya era disrupsi yang telah mengubah tatanan kehidupan di hampir semua aspek kehidupan. Santri akan hidup pada zamannya, maka Darul Muttaqien ikhtiar menyiapkan mereka.
Para pendiri adalah orang yang meletakkan pondasi awal untuk kemudian diteruskan oleh generasi selanjutnya. Generasi selanjutnya harus lebih baik dari generasi sekarang. Pesantren ini seluruhnya adalah wakaf yang telah diserahkan kepada Allah untuk kita kelola. Itu artinya kini kita sedang tinggal di tanah wakaf. Ini adalah amanah besar. Amanah besar hanya akan mampu dipikul oleh orang besar. Semua pendahulu pesantren ini boleh mati, tapi pesantren ini harus tetap hidup dan tegak hingga hari kiamat kelak. Camkan ini baik-baik.
Tiga puluh lima tahun adalah usia yang baik untuk kita renungkan ulang, apa yang sesungguhnya telah kita berikan kepada Pesantren pada khususnya dan umat Islam pada umumnya. Catatan kecil ini selain sebagai pengenang bagi para pendahulu, adalah juga sebagai sebuah refleksi bagi kita semua agar di kemudian hari kita semakin menyadari untuk meningkatkan kualitas diri kita, meningkatkan keikhlasan kita, meningkatkan kesungguhan kita dan meningkatkan kemandirian kita, serta mengukuhkan mental pejuang dalam diri kita. Sebab pesantren sebagai lembaga perjuangan hanya akan diwarisi oleh para pejuang.
Semoga catatan singkat ini mampu sedikit mengulas gambaran cita-cita besar yang harus terus dirawat dan diperjuangkan untuk mewujudkannya. Sebab pesantren harus terus tegak dan maju tanpa batas waktu, kecuali dunia ini telah berakhir. Bukan hanya para pendiri pesantren ini yang diberi amanah, kita semua juga harus terus mewariskan cita-cita besar untuk generasi berikutnya, agar mereka terus akan berjuang merealisasikan cita-cita yang kita wariskan.
Jika kita mendapat warisan perjuangan dari generasi pendiri, maka kita juga harus mewariskan cita-cita perjuangan ini kepada generasi berikutnya, jika Islam ingin maju. Sebab apalah jadinya manusia tanpa cita-cita dalam jiwanya. Cita-cita adalah ciri khas manusia dibandingkan dengan binatang, sekaligus energi bagi dirinya untuk terus melakukan aktivitas dalam kehidupannya.
Semoga warisan cita-cita perjuangan dari para pendiri yang belum terealisasi dalam catatan ini bisa terus dirawat, direnungkan, diperjuangkan dan direalisasikan oleh siapapun yang menjadi generasi penerus perjuangan pesantren ini. Kader-kader harus terus tumbuh dan disiapkan, baik kader ideologis, kader biologis, kader struktural dan kader fungsional.
Semoga para pendiri mendapatkan kucuran rahmat dari Allah, baik yang telah wafat maupun yang masih hidup. Semoga niat dan perjuangan kita di pesantren ini menjadi amal ibadah bagi kita semua. Sehingga kelak kita dicatat oleh Allah sebagai para syuhada yang menghuni surga nan abadi. Semoga catatan kecil ini menjadi energi penggerak perjuangan bagi kita semua.
(Darul Muttaqien, 18 Juli 2023 M)
Oleh : Ahmad Sastra
Tinggalkan Komentar