Pembina upacara menyampaikan bahwa santri harus memiliki cita-cita dan terus menjaganya ” Di usia yang ke-77 tahun kita sebagai anak bangsa Indonesia, harus terus menjaga optimisme dan motivasi hidup dengan menjaga cita-cita. Santri yang tidak semangat dalam belajar, santri yang tidak semangat dalam ibadah adalah santri yang tidak mempunyai cita-cita, yang tidak bersyukur atas pemberian Allah swt.” Tegasnya
Ia menjelaskan bahwa para pahlawan bangsa ini berperang melawan penjajah dengan gelora semangat yang membara karena mereka punya cita-cita yang sangat tinggi untuk membebaskan bangsa ini dari cengkraman penjajah yang biadab, yang barbar dan tidak berprikemanusiaan.
Saat ini, tidak ada ikatan yang mengikat tanah air, dan bangsa kita. Karena sejatinya Indonesia telah merdeka bahkan sejak diikrarkannnya pada hari jumat, 9 ramadhan 1367 H atau 17 agustus 1945.
Menurutnya pekik merdeka yang kita teriakkan bukanlah kata yang tanpa makna, teriakan tanpa arti, Pembina upacara menerangkan bahwa merdeka terlahir dari tetesan darah para syuhada, para mujahid-mujahidah yang tak ada kata menyerah.
Dalam pidatonya Pembina mengajak kita untuk merayakan kemerdekaan bangsa yang gemah ripah ini dengan kesyukuran sebesar-besarnya kepada Allah swt. “Kemerdekaan yang kita rasa hakikatnya adalah berkat dan rahmat Allah swt”, terangnya.
“Cita-cita meraih kemerdekaan inilah yang telah menjadi energy positif bagi para pejuang bangsa sejak awal perjuangan melawan penjajah, para pahlawan dengan gigih memperjuangkan sebuah bangsa yang bernama Indonesia, mereka memperjuangkan bangsa ini agar senantiasa menjadi bangsa yang merdeka” tegasnya.
Menurutnya cita-cita merupakan tujuan yang harus dicapai, ia memberikan contoh bahwa untuk naik kelas perlu menempuh ujian telebih dahulu, contoh lain diberikan bahwa emas agar berkilau nan indah mesti melalui proses penempaan dan pembakaran, begitulah hakikat kehidupan terangnya.
Ingat pesan pimpinan pesantren, “Pesantren Darul Muttaqien adalah lembaga perjuangan untuk menegakkan panji-panji kebesaran Islam, pesantren hanya akan diwariskan kepada penerus yang bermental pejuang, barangsiapa yang memperjuangkan agama Allah, pasti Allah akan menolongnya, sekalipun para pendiri pesantren telah meninggal, pimpinan pesantren, ketua yayasan, dewan guru juga pasti akan meninggal. Tapi Pesantren Darul Muttaqien ini harus tetap tegak berdiri sampai akhir kiamat”.
Di akhir pidatonya ia mengajak untuk singsingkan lengan baju dan maju kedepan menjemput tantangan dan masalah agar kita semakin siap dan bermental pejuang.
Tinggalkan Komentar