Upacara Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-79 Kemerdekaan Republik Indonesia di Pesantren Darul Muttaqien pada Sabtu, 17 Agustus 2024 berlangsung dengan khidmat dan lancar.
Hadi Sahil, santri kelas 6 TMI putra didapuk sebagai Pembina Upacara dalam upacara peringatan HUT ke-79 Republik Indonesia. Dalam amanatnya Hadi Sahil mengingatkan bahwa berkumpulnya dilapangan ini untuk membangkitkan jiwa kesatria, jiwa pejuang, jiwa pemimpin, jiwa anti kebodohan, dan jiwa anti penjajahan yang tentu telah di contohkan oleh para pahlawan kita terdahulu.
Seluruh santri berbondong-bondong berkarnaval menuju lapangan Prawoto Mangkusasmito yang berlokasi tidak jauh dari Pesantren Darul Muttaqien, lapangan merupakan tanah wakaf yang rencana akan dijadikan relokasi RA, SDIT dan SMPIT.
Selain santri dan pendidik Darul Muttaqien, turut menghadiri dalam upacara peringatan HUT ke-79 Republik Indonesia beberapa siswa-siswi dari SDN Iwul kp. Sawah, SDN Tunas Mekar, SMP Nurul Iman, SMP Al Husna, MI An Nashr, dan Yayasan Kreasi Muda Madani.
Berdasarkan data, Ananda Hadi Sahil menyebutkan bahwa ada 37 propinsi di Indonesia, yang mana dibutuhkan 514 bupati dan walikota untuk memimpin 514 kabupaten dan kota. dibutuhkan 7266 camat untuk memimpin 7266 kecamatan. Dan butuh 82.439 kepala desa dan lurah untuk memimpin 82.439 desa. “Siapa yang akan mengisi dan memimpin pos-pos itu semua, kalau bukan para pemuda yang saat ini masih berusia belasan tahun seperti kita saat ini”, Ungkapnya.
“Nah kalau pemuda-pemudanya saat ini jiwa perjuangannya sudah hancur, kepribadian, mental dan karakternya babak belur, kepeduliannya terhadap sesama sudah remuk, dan lebur. Kira-kira bagaimana nasib bangsa kita ini di masa mendatang?”, tanyanya
Dengan lantang pembina menegaskan “jangan hanya meneriakkan kata-kata “merdeka” tanpa cita-cita luhur, jangan hanya menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia raya” tapi kita tidak punya ambisi untuk mensejahterakan dan memakmurkan bangsa kita. Jangan hanya mengheningkan cipta tapi kita menolak untuk meneladani jiwa-jiwa perjuangan dan pengorbanan mereka untuk bangsanya”, begitu tegasnya.
Mengutip dari kitab Nashoihul Ibad Pembina Upacara menerangkan “beruntunglah ia yang menjadikan akalnya sebagai pemimpin sedangkan hawa nafsunya menjadi tawanan dan celakalah bagi orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai penguasa sedangkan akalnya menjadi hamba”. Yang artinya bahwa tidak akan ada keberuntungan bagi seseorang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai sandingan hidupnya, dan musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri.
Diakhir sambutan, Pembina mengatakan “Santri-santri harus mengambil peran, santri harus berkontribusi nyata mewujudkan baldatun toyyibatun wa robbun ghofur. Kapan itu dilakukan? Perintah Allah SWT sangat jelas: faidza qudhiatissholatu fantasyiru fil ardl… Apabila kita telah menunaikan solat maka kita wajib menyebar di muka bumi ini, untuk apa? dalam bentuk apa? Mencari karunia Allah, dalam bentuk jihad fi sabilillah”, Tutupnya.
Tinggalkan Komentar